Kamis, 16 September 2010

Lebaran Ketupat

Dalam tradisi masyarakat jawa setelah seminggu lebaran Idul fitri ada hajat bersama ditengah-tengah kehidupan masyarakat dengan berbondong-bondong sejak pagi yang masih agak gelap, serta membawa ketupat dan sayurnya berupa opor ayam, sayur tahu, tempe, lodeh dan sejenisnya dalam merangka acara makan ketupat bersama dan inilah yang disebut dengan lebaran ketupat, biasanya ketupat tersebut dibawa ke masjid sejak pagi yang agak gelap.

Tradisi kupatan merupakan sarana mempererat silaturahmi , agar terjalin kebersamaan ditengah-tengah kehidupan masyarakat setempat dan inilah kebiasan yang banyak ditunggu-tunggu masyarakat sebagai sarana temu saudara dan tetangga di kampung, untuk mempererat hubungan kekeluargaan.

Setelah hidangan siap, bapak Kyai masjid setempat membacakan do'a, dengan selesainya membaca do'a maka ada sebagian panitia yang langsung membagikan ketupat dan sayurnya, sehingga terasa kekeluargaan begitu dekat dengan makan ketupat bersama, sungguh tradisi yang penuh hikmah dan berkah.

Di saat makan ketupat bersama terkadang terjadi suasana gaduh dan ramai, karena menjadi ajang pertemuan masyarakat kampung. Bertambah seru ketika anak-anak saling berebut hidangan yang disediakan di tradisi ini, dan meleburlah satu sama lain yang saling mengakrabkan. Semua yang hadir nampak menikmati, karena berlangsung penuh keakraban dan kekeluargaan.

Di hari lebaran ketupat ini Jejaring sosial kiber ( www.kitaberbagi.com ) mengucapkan selamat hari raya ketupat, semoga menjadi tradisi yang bermanfa'at bagi yang melestarikannya, amiens.........

Selasa, 07 September 2010

Layanan Jejaring Sosial Kiber




Layanan Jejaring sosial kiber ( www.kitaberbagi.com ) berusaha menggabungkan forum dengan Interaksi sosial lewat dunia maya, agar keduanya dapat berkesinambungan dan saling melengkapi, sehingga dibutuhkan suatu konsep agar tidak terjadi benturan di antara aplikasi yang ada di kiber ( www.kitaberbagi.com ) dan jejaring sosial kiber ( www.kitaberbagi.com) berusaha semaksimal mungkin memadukan jejaring sosial dengan forum, keberadaan kiber ( www.kitaberbagi.com ) kedepannya diharapkan dapat membawa keberhasilan dalam membangun jejaring sosial dan forum di Indonesia.

Kiber ( www.kitaberbagi.com ) saat ini berusaha memberikan layanan jejaring sosial berbasiskan web yang menyediakan kumpulan cara yang beragam bagi pengguna untuk dapat berinteraksi seperti chat, messaging, diskusi forum, dan lain-lain. Kiber ( www.kitaberbagi.com ) juga jejaring sosial yang memberikan layanan untuk membuat biodata dirinya. Pengguna dapat meng-upload foto dirinya dan dapat menjadi teman dengan pengguna lainnya.

Dari uraian di atas kiber ( www.kitaberbagi.com ) berusaha secara maksimal mengembangkan jejaring sosial di Indonesia, agar dapat terwujud dan mampu dinikmati para pengguna kiber ( www.kitaberbagi.com ), sehingga para kozkiber dapat nyenyak dalam menggunakan jejaring sosial kiber ( www.kitaberbagi.com ). Keberhasilan jejaring sosial Indonesia seperti kiber ( www.kitaberbagi.com ) tidak lepas dari dukungan masyarakat secara luas, tanpa dukungan masyarakat keberadaan kiber ( www.kitaberbagi.com ) tentu tidak akan pernah mengalami kebehasilan dalam membangun salah satu jejaring sosial di Indonesia. Kami sebagai team kiber ( www.kitaberbagi.com ) mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya buat para pendukung keberadaan jejaring sosial kiber ( www.kitaberbagi.com ).

Jejaring Sosial Indonesia



Keberadaan jejaring sosial Indonesia saat ini saatnya mendapatkan apresiasi positif di tengah-tengah kehidupan masyarakat, khususnya masyarakat dunia maya, seperti keberadaan kiber ( www.kitaberbagi.com ), kehadiran kiber ( www.kitaberbagi.com ) sudah lima bulan berjalan dan saat ini membernya mulai naik merangkak dari waktu kewaktu, memang di akui keberadaan kiber ( www.kitaberbagi.com ) masih dalam tahap pengembangan menuju rekonstruksi secara total, agar kedepannya mampu lebih baik, sehingga dapat di nikmati dengan baik pula oleh para penggunanya.

Keberadaan Jejaring sosial kiber ( www.kitaberbagi.com ) awalnya sebagai jejaring sosial local, tetapi saat ini berusaha mengukir prestasi di tingkat nasional, syukur-syukur sampai tingkat regional, bahkan tingkat Internasional tentu itu sebuah harapan bagi team kiber ( www.kitaberbagi.com ), dan dari harapan tersebut tidak akan menjadi sebuah kenyataan, apabila tanpa adanya dukungan dari masyarakat secara luas, khususnya masyarakat Indonesia sendiri sebagai peran utama dalam memajukan jejaring sosial Indonesia.

Sebelum mengakhiri tulisan singkat ini seluruh team kiber mengucapkan terima kasih banyak buat para kozkiber dan juga semua pihak yang mendukung keberlangsungan jejaring sosial Indonesia yaitu kiber ( www.kitaberbagi.com ), dan tidak lupa kami sangat mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya dari hati yang dalam bagi yang sudah bergabung dengan membuat member di kiber ( www.kitaberbagi.com ).

Sabtu, 04 September 2010

Pergeseran Budaya Lebaran


by: Khoirul Taqwim

Zaman mulai terus berjalan seiring waktu yang terus berubah, sehingga mengakibatkan berbagai perubahan kebiasaan masyarakat kota, bahkan saat ini masyarakat desa juga mengalami pergeseran yang disebabkan arus globalisasi yang membentuk budaya masyarakat yang terus mengarah menuju perubahan, salah satu faktor utama disebabkan informasi dan komunikasi yang membentuk perubahan tersebut.

Menyimak budaya masyarakat yang terjadi di zaman buyut dan bapak ibu kita tentunya masih bisa menemui budaya lebaran yang alami (sesuai dengan kondisi waktu itu) dalam menyambut hari lebaran, karena belum terbentuk arus teknologi seperti saat ini yang terus mengembangkan sayap dalam kehidupan masyarakat secara luas, sehingga muncul perberbedaan sembilan puluh derajat dengan budaya sekarang ini yang penuh konsumerisme tinggi dan ketergantungan kita terhadap komunikasi dan informasi yang mengakibatkan munculnya perbedaan budaya yang mencolok antara masyarakat di waktu dahulu kala dan saat ini, yang menjadi pertanyaan besar adalah menuju kebudayaan yang progress atau malah terjebak dalam kebudayaan yang destruktif?…

Sebenarnya segala sesuatu ada manfa’atnya dan ada tidaknya tinggal bagaimana kita melihat sisi perubahan tersebut, sebab dengan adanya alat informasi dan komunikasi memudahkan kita terhubung agar lebih efesien dan efektif dalam menjalin hubungan, khususnya di waktu lebaran dalam bersilaturahmi antar keluarga yang jauh, dan teman yang jauh juga lebih cepat untuk meminta ma’af di saat lebaran datang, tetapi di satu sisi lain juga menghilangkan nilai religius kebersamaan apabila keluarga yang jaraknya dekat, tetapi hanya melalui sms atau media jejaring sosial, sehingga sudah dapat di pastikan nilai kedekatan yang dirasakan akan berbeda antara dunia nyata dengan dunia maya dalam menjalin silaturahmi.

Pergeseran budaya lebaran yang mencolok di sebabkan dengan adanya arus informasi dan komunikasi, sehingga membawa dampak yang besar terhadap perubahan dalam budaya masyarakat secar luas, sebab segala sesuatu membentuk budaya pragmatisme yang lebih mengarah menuju kemudahan, kalau zaman dahulu silaturahmi membentuk budaya dari pintu kepintu yaitu dengan cara datang ke rumah keluarga, teman dan tetangga, tetapi saat ini silaturahmi cukup duduk di depan computer (jaringan internet) semua sudah terhubung komunikasi, tinggal kita mengucapkan mohon ma’af lahir dan batin, ada yang lebih praktis lagi cukup lewat HP sms atau telepon, inilah bentuk budaya baru dalam menyambut lebaran yang merubah budaya zaman kakek-kakek kita dan juga bapak ibu kita dengan adanya revolusi informasi dan komuikasi, sehingga dengan adanya arus informasi dan globalisasi yang semakin deras inilah salah satu yang menyebabkan perubahan budaya lebaran, jadi perubahan cara silaturahmi saat ini mengarah keranah dunia maya dan dunia komunikasi yang lebih efesien dan praktis di banding zaman dahulu kala.

Lebaran merupakan bentuk temu silaturahmi antar keluarga, tetangga dan juga teman, tetapi saat ini ada sebagian masyarakat yang menyambut lebaran dengan bentuk berwisata (mencari hiburan di luar silaturahmi), biasanya ini di dominasi para kaum muda, bahkan muda-mudi sebagai bentuk budaya baru, sehingga sudah dapat dipastikan dalam menyambut lebaran biasanya masyarakat yang punya tipe ini berbondong-bondong memenuhi tempat pariwisata yang menyediakan hiburan, dari situlah terdapat pergeseran sebagian masyarakat dalam memaknai lebaran di satu sisi ada yang mencari hiburan sebagai bentuk budaya lebaran dan di sisi lain ada yang masih mempertahankan bentuk budaya silaturahmi, dan ada juga sebagian yang mengikuti budaya keduanya.

Kalau melihat dari uraian di atas yang menjadi pertanyaan terbesar dalam pergeseran budaya lebaran tersebut mengarah membentuk perubahan positif atau negatif? tentunya semua jawaban dikembalikan pada niat diri masing-masing, kalau kita melihat di sisi positifnya bahwa perubahan membentuk pola pikir yang cepat dan hemat energi, karena jarak yang jauh bukan menjadi penghalang untuk menjalin silaturahmi, tetapi kalau melihat sisi negatifnya akan dapat menghilangkan budaya sungkem (silaturahmi antar pintu kepintu), tentunya akan mejauhkan masyarakat dengan dunia nyata, tetapi lebih mengarah menuju dunia maya, sehingga mengurangi rasa hormat kepada yang lebih tua kalau di lihat budaya masyarakat yang masih berpegang budaya sungkem.

Sebelum mengakhiri tulisan sederhana ini, semoga saja pergeseran budaya mampu menjadi sebuah rekonstruksi budaya baru yang lebih memanusiakan manusia, bukan malah menjauhkan diri dari nilai-nilai manusia itu sendiri, kami hanyalah hamba yang penuh kekurangan Ilmu, dan segala yang ada di alam raya ini adalah milik Allah, dan Allah maha tahu, dan juga maha sempurna pengetahuanNYA.

Selasa, 31 Agustus 2010

Budaya Lebaran (hari raya Idul fitri)


by: Khoirul Taqwim

Sebentar lagi masyarakat akan di hadapakan lebaran atau disebut dengan hari raya idul fitri, dari peristiwa ini tentunya ada sebagian masyarakat yang sibuk berangkat mudik (pulang kampung), dari perantauan kota pulang kepelosok desa atau lebih tepatnya pulang ketanah kelahirannya, peristiwa ini merupakan budaya masyarakat yang menjadi trend tahunan, sehingga wajar di hari idul fitri ini semakin naik kebutuhan hidup masyarakat, karena budaya lebaran membentuk konsumerisme yang tinggi dalam kehidupan masyarakat desa maupun kota.

Sebelum lebih jauh lagi mengenai budaya lebaran coba pahami terlebih dahulu tentang pengertian hari raya idul fitri, kalau bahasa trend dalam kehidupan masyarakat tradisionalis adalah lebaran, sebenarnya hari raya idul fitri ini merupakan peristiwa tahunan yang tak dapat dipungkiri keberadaannya dan seluruh umat Islam di dunia ini akan segera merayakan hari raya idul fitri yang biasa dianggap hari kemenangan. dilihat dari sisi etimologis Idul fitri berasal dari kata ‘id yang dalam bahasa Arab bermakna `kembali’, dari asal kata ini menunjukkan bahwa Hari Raya Idul Fitri ini selalu berulang dan kembali datang setiap tahun. sehingga hari raya Idulf fitri itu mempunyai makna kembali kepada fitrah (kesucian),

Hari raya idul fitri merupakan sesuatu yang bersifat kebiasaan (akan terulang dari tahun ketahun) dan perayaan lebaran jatuh pada tanggal 1 Syawal yang selalu dirayakan seluruh umat Islam di dunia, pada waktu kecil saya sering melihat budaya lebaran (idul fitri) yang paling menarik adalah budaya silaturahmi antar keluarga, tetangga dan teman, tetapi saat ini ada pergeseran budaya yang sebagian masyarakat, khususnya anak muda di waktu kebaran menghabiskan di tempat pariwisata atau bentuk hiburan lainnya, inilah suatu pergeseran budaya dalam kehidupan masyarakat dalam menyambut hari raya idul fitri.

Budaya yang menjadi kebiasaan di tengah-tengah kehidupan masyarakat di hari lebaran yaitu kebiasaan hal yang baru, dari situ membentuk budaya konsumerisme tinggi dalam kehidupan masyarakat, sehingga kita sering melihat masyarakat berbondong-bondong beli baju baru, kerudung baru, celana baru atau bentuk yang sejenisnya yang bersifat baru, peristiwa ini merupakan kebiasaan yang terjadi di tengah-tengah kehidupan masyarakat, sehingga dapat dipastikan para pedagang banyak meraup untung di hari menjelang lebaran ini,

Budaya lebaran adalah pembaharuan atau bisa di sebut kembali kepada kesucian, sehingga di manfaatkan sebagian masyarakat untuk membeli sesuatu yang baru berupa materi yang di anggap perlu untuk menyambut lebaran, bahkan bagi masyarakat jawa dalam menyambut tamu dengan memberikan makanan ringan (jajanan) yang tersedia di kotak-kotak yang ada di ruang tamu dan juga memberikan minuman tea, kopi, sirup atau minuman yang lainnya, sebagai bentuk penyambutan tamu di waktu lebaran dalam budaya masyarakat setempat.

Berbicara tentang lebaran tentunya sesuatu yang punya karakter dan punya nilai lebih dalam hubungan sesama di banding hari-hari yang lain, karena di hari lebaran kita punya budaya saling mema'afkan satu sama lain, sebagai bentuk kebersamaan menuju penyucian diri setelah berpuasa selama bulan ramadhan. Ingat lebaran tentunya ingat kampung halaman bagi para perantau, jadi bersiap-siaplah pulang dengan energi secukupnya dan kebutuhan yang diperlukan untuk menyambut hari raya Idul fitri, dan yang pastinya jalan-jalan di waktu lebaran begitu ramai di penuhi para pemudik dan jangan lupa siapkan uang receh sebab biasanya kalau di kampung para pemudik yang pulang dari kerja akan memberikan uang receh itu untuk anak-anak kecil sebagai uang jajan dan sebagai bentuk hadiah tahunan di hari lebaran yang penuh istimewa bagi yang merasakan indahnya hari lebaran.

Berangkat dari tulisan di atas semoga saja budaya lebaran yang membentuk budaya baru materi fisik, dapat merambah membentuk jiwa kita yang baru, agar lebih baik lagi di banding sebelumnya, dan semoga kita juga dapat memperbarui pikiran yang lebih cerdas dalam menganalisa setiap menjawab persoalan kehidupan. Dan Allah penguasa segala sesuatu, pengatur segala ciptaan, tiada Tuhan selain Dia.

Sabtu, 28 Agustus 2010

Perang Adalah Rahmat

by: Khoirul Taqwim

Ketika membaca tentang perang sadar atau tidak sadar pikiran kita secara langsung melayang jauh akan terjadinya dampak yang destruktif (merusak), sebab dengan adanya perang tak dapat di pungkiri akan terjadinya hilangnya nyawa, harta benda dan akan terjadi banyak janda-janda dan anak-anak yatim dan masih banyak lagi yang berdampak negatif dari peperangan tersebut, tetapi sebenarnya ada sisi positif dalam perang jika kita mau memahami secara universal.

Sebelum lebih jauh kita membahas tentang perang adalah rahmat, lebih bijaknya kalau kita terlebih dahulu memberikan pengertian perang yaitu sebuah aksi fisik dan non fisik antara dua kelompok atau lebih untuk melakukan dominasi di suatu tempat yang dipertentangkan.namun secara umum perang merupakan pertentangan antar kelompok dalam melakukan suatu gerakan dan yang menjadi penyebab perang adalah adanya perselisihan ideologi yang di pengaruhi sarat kepentingan, keinginan untuk memperluas wilayah kekuasaan, perebutan sumber daya alam di suatu tempat, dan masih banyak lagi yang menyebabkan adanya peperangan.

Perang sudah menjadi ruh sejarah manusia dari generasi ke generasi dalam menjalani hidup, sehingga sejak dahulu kala sampai generasi saat ini kita tak lepas dari generasi yang bebas dari perang, jadi wajar apabila kita selalu melihat perang di belahan dunia, tentunya dari situ akan ada reaksi yang mendukung perang maupun yang menolak adanya peperangan, itulah bentuk keberagaman manusia dalam menafsiri perang, tetapi yang pasti perang sudah menjadi watak manusia dalam berkompetisi, untuk itu perang yang punya nilai rahmat di butuhkan pemikiran yang dalam, sebab tidak semua perang adalah rahmat bahkan perang juga membawa bencana kalau kita tidak memahami perang yang punya nilai kemanusiaan. lalu yang menjadi pertanyaan besar adalah perang yang seperti apa yang mempunyai nilai rahmat? pertanyaan inilah yang nantinya membawa kita dalam pembahasan yang lebih mengkerucut.

Perang yang punya nilai rahmat adalah ketika perang tersebut mengarah menuju tercapainya masyarakat yang damai, adil, makmur dan sejahtera, sehingga terjadinya perang adalah bentuk perwujudan pembebasan masyarakat dari suatu cengkeraman penjajahan, dari peristiwa tersebut kita punya kewajiban perang sebagai tanggung jawab memerdekakan manusia dalam melakukan rekonstruksi di segala aspek kehidupan masarakat, agar terjadi kehidupan yang lebih beradab dan jauh dari sifat kemunkaran. Adanya perang merupakan bentuk efesien dan efektif dalam melakukan sebuah gerakan perlawanan, dalam agama Islam tidak pernah mengajarkan peperangan selain untuk tujuan pembebasan; yaitu: pembebasan dari berbagai bentuk penindasan, diskriminasi dan tindakan melanggar HAM, dan lain sebagainya. Dalam sejarah Islam menegaskan bahwa tentara Islam masuk ke Mesir dengan tujuan membebaskan mereka dari penjajahan Romawi, bahkan di negara kita sendiripun perang juga pernah terjadi saat memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia dalam mengusir penjajahan yang menindas masyarakat pribumi.

Jadi ketika perang dikatakan rahmat apabila sesuai dengan nilai kasih sayang dan peduli pada penderitaan orang lain, jika perang yang terjadi tidak punya nilai demikian berarti perang tersebut tidak dapat di katakan rahmat, tulisan singkat ini merupakan ulasan sederhana dalam memahami perang adalah rahmat, agar kita dapat mengambil hikmah dari suatu peperangan dengan arif dan dapat mencapai sifat terpuji dalam diri kita, semoga Allah SWT selalu memberikan petunjuk kebenaran dengan anugerah dan kemuliaanNYA.

Jumat, 27 Agustus 2010

KEBIJAKAN JARINGAN ISLAM TRADISIONAL DALAM MENYIKAPI TRADISI

by: Khoirul Taqwim

Kebijakan JIT dalam menyikapi tradisi pribumi lebih mengedepankan tepa selira (tenggang rasa), sebab bagimanapun juga tradisi merupakan warisan leluhur yang perlu dilestarikan dan dimajukan, kita sebagai anak bangsa yang sudah seharusnya berusaha semaksimal mungkin menjaga dan memajukan tradisi yang ada dalam kehidupan masyarakat, agar tercipta nilai-nilai yang terkandung dalam kehidupan masyarakat pribumi yang lebih arif dan bijak, sehingga tradisi pribumi mampu lebih progress dalam mengarungi kehidupan zaman, dan tradisi pribumi agar tidak tergantikan oleh tradisi barat maupun bangsa lain yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa kita.

Sebelum memberi pandangan tentang kebijakan JIT terhadap tradisi, terlebih dahulu memberikan pengertian tentang tradisi itu sendiri, agar dapat memahami apa itu Tradisi ? pengertian tradisi yaitu: gambaran sikap dan perilaku manusia yang telah berproses dalam waktu lama dan dilaksanakan secara turun-temurun. Dan tradisi dipengaruhi oleh kecenderungan untuk berbuat sesuatu dan mengulang sesuatu sehingga menjadi kebiasaan dalam kehidupan masyarakat.

Pandangan Jaringan Islam Tradisional tentang kehidupan bermasyarakat, tidak hanya ekspresi syari’ah yang memberikan eksistensi ditengah-tengah keberagaman, tetapi memberikan pandangan tentang eksistensi diberbagai sistem sosial, dan pandangan JIT lebih kompleks tentang kehidupan sosial, yaitu merupakan ekspresi nilai-nilai Islam dengan nuansa yang luas dan target yang lebih jelas.

Nilai-nilai tradisi masyarakat diantaranya: Kerjasama atau Tolong menolong diantara sesama manusia dalam kehidupan bermasyarakat merupakan nilai-nilai yang agung (mulia) yang sudah lama berjalan didalam kehidupan masyarakat tradisional.

Masyarakat tradisional secara nyata membentuk tatanan atas dasar pandangan hidup tepa selira sebagai wujud menuju keadilan sosial, tanpa menghakimi kelompok-kelompok lain yang berseberangan dengan pemikirannya, sebab kebhinekaan merupakan bagian jati diri bangsa yang harus dijaga dan di hormati.

Masyarakat tradisional tidak menyukai adanya keserakahan pihak-pihak tertentu yang ingin mengambil (monopoli) kekayaan yang ada dalam masyarakat pribumi, apalagi terjadi adanya pembunuhan tradisi yang dianggap sacral, sebab bagaimanapun itu merupakan khazanah budaya yang diwariskan para leluhur, penolakan tersebut atas dasar memajukan tradisi sendiri di banding memakai tradisi bangsa lain yang tidak sesuai dengan karakter masyarakat pribumi.

Keadilan sosial merupakan tujuan masyarakat pribumi, agar tercipta keberlangsungan hidup yang lebih layak, untuk itu tradisi yang dibangun masyarakat liberal yang cenderung mengarah kesistem kapitalisme, tentu itu tidak sesuai dengan nilai-nilai masyarakat pribumi yang lebih menekankan nilai-nilai kemanusiaan, dibanding kepentingan individu yang melahirkan keserakahan dan cenderung mengarah pengingkaran nilai-nilai kemanusiaan yaitu tentang keadilan sosial yang seharusnya dikedepankkan, bukan memperkaya diri tanpa memperdulikan kehidupan masyarakat yang tidak mampu dari segi ekonomi.

Langkah-langkah Kebijakan jaringan Islam tradisional dalam menyikap tradisi yaitu:

1. Mendorong kemajuan tradisi yang ada dalam kehidupan masyarakat pribumi, dengan cara memberikan perlindungan dari penghakiman budaya luar yang ingin melakukan tindakan destruktif (merusak) tradisi masyarakat, baik dari paham Liberalisme ala barat, maupun Khilafah ala timur tengah atau tradisi-tradisi dari bangsa-bangsa lain yang ingin menjajah dan mengganti Induk dari tradisi masyarakat pribumi.

JIT bagaimanapun juga mengakui keberagaman masyarakat tradisional, oleh sebab itu JIT menentang adanya monopoli tradisi luar yang membahayakan eksistensi masyarakat tradisonal, apalagi mengganti induk keberadaan tradisi masyarakat pribumi, tentu itu merupakan pembunuhan karakter yang sangat membahayakan dalam kehidupan masyakat.

2. Mengembangkan kompetensi masyarakat dengan tujuan agar tercipta tradisi yang lebih maju, dengan menggali tradisi yang sudah ada dalam kehidupan masyarkat, dan agar dapat mengetahui bahwa tradisinya lebih berharga dibanding tradisi bangsa lain yang cenderung tidak sesuai dengan kepribadian masyarakat pribumi, sebab watak masyarakat sudah mendarah daging dalam kehidupannya, sehingga apabila induk kebangsaan terganti oleh sistem luar yang cenderung menjajah, tentu akan menghilangkan makna tradisi masyarakat pribumi tersebut.

3. Pada dasarnya pemikiran JIT (Jaringan Islam Tradisional) bertujuan untuk memajukan tradisi yang berasal dari pribumi, dengan cara mengelola melalui pengorganisasian dan lebih mengedepankan Fondasi dasar JIT yaitu tepa selira (tenggang rasa) sebagai wujud mengakui adanya perbedaan yang ada ditengah-tengah kehidupan masyarakat,

4. Membuat pengawasan terhadap tradisi luar yang mencoba merusak tradisi masyarakat pribumi, Liberalisme, teokrasi maupun isme-isme lain yang dipaksakan masuk dalam tradisi pribumi, padahal tradisi tersebut tidak sesuai dengan karakter bangsa pribumi, maka JIT akan menolak Ide-ide luar tersebut.

Tradisi luar yang ada saat ini, baik berangkat dari Liberalisme maupun paham lain yang lebih cenderung menghakimi tradisi pribumi dengan dalil modern maupun religi, yang sebenarnya telah dibelokkan dari kepentingan kemanusiaan, tetapi sudah dimasuki ranah politik kepentingan mereka, tentu itu menyalahi hakikat kemanusiaan masyarakat pribumi.

Paham dari luar yang sering menyesatkan baik dengan cara pendekatan rasio (akal) maupun pendekatan agama, padahal kepentingan mereka adalah politik dan mengambil kekayaan masyarakat pribumi, tentu itu merupakan penjajahan ala masyarakat luar yang seolah-olah menjadi juru penyelamat, padahal mereka menginginkan sumber daya alam dari bangsa pribumi, Liberalisme dan paham Khilafah dianggap menyalahi induk dari adanya kebhinekaan yang di junjung tinggi masyarakat tradisional, sebab tradisi luar tersebut bertentangan dengan jati diri masyarakat pribumi.

Paham liberal maupun khilafah sering menghakimi masyarakat pribumi atas nama politik maupun atas nama lainnya, dengan menuduh konservatif, fundamentalis dan yang lebih parah lagi menganggap sesat dan mengkhafirkan keberadaan tradisi pribumi, JIT tentunya akan menolak keras pandangan yang demikian,

Jaringan Islam Tradisional akan memberikan pendapat tentang tradisi luar yang berusaha merusak eksistensi masyarakat pribumi, sebab cara tersebut sudah melanggar nilai-nilai tepa selira (tenggang rasa) yang dibangun masyarakat tradisional.

Kebijakan Jaringan Islam Tradisional dalam melakukan tindakan manajemen dengan sistem pengawasan merupakan suatu bentuk proses menjaga atau memfilter pemikiran luar yang cenderung merugikan kepentingan masyarakat pribumi, sebab paham luar tersebut mempunyai tujuan mengambil induk dari eksistensi paham masyarakat pribumi.

Keberadaan JIT yakni berusaha memajukan tradisi dengan cara menggali tradisi pribumi itu sendiri yang lebih kreatif dan inovatif, tanpa menghilangkan nilai-nilai tepa selira yang dibangun masyarakat tradisional sejak pendahulu kita, dengan cara melihat dan menggali kondisi masyarakat pribumi, agar tidak hilang nilai-nilai luhur yang terkandung dalam kehidupan masyarakat tersebut.